Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten/kota di Jawa Tengah yang memiliki sebagian wilayahnya pegunungan, seperti pegunungan Dieng. Wilayah Dieng memang menyimpan potensi alam yg eksotik, pemandangan alam, hasil pertanian, wisata.
Wilayah Dieng yg sebagian masuk wilayah kabupaten Banjarnegara, beberapa hari ini menjadi sorotan publik akibat aktivitas kawah Timbang. Kawah tsb berada diwilayah ds Simbar, kecamatan Simbar dan berada 2000 di atas permukaan laut (dpl). Pengamatan dari Pusat Vulkanologi Badan Geologi dan Mitigasi Bencana (PVBGMB) mengatakan beberapa hari terakhir mengalami perubahan yang signifikan terutama gas beracunnya yaitu CO2, sehingga memutuskan radius aman 1 Km dari kawah. Kawah ini pernah mengalami erupsi pada tahun 1928 yang menelan korban jiwa 40 orang, terulang lagi tahun 1939 dengan korban jiwa 10 orang.
Untuk menjaga hal2 yang tak diharapkan, beberapa instansi terkait seperti BNPB, BPBD, TNI, Polri, Dinkes, Tim SAR/Relawan dan masih banyak lagi organisasi yang terlibat untuk penanganan bencana kawah Timbang. Beberapa warga telah diungsikan di balai desa Batur, SMU Negeri Batur, SMP Negeri Batur dan beberapa warga masih tersebar di beberapa tempat yang dianggap aman.
Kondisi saat ini, Sabtu 4 Juni 2011 status kawah masih SIAGA LEVEL 3 dengan konsentrasi gas CO2 mencapai 1.18, ini mengalami penurunan dibanding sehari sebelumnya yang mencapai 1.68. Meski demikian, kondisi tersebut selalu mengalami perubahan tiap saat bisa turun ataupun naik. Hal ini yang harus diwaspadai oleh semua pihak. Data pengungsi tercatat 889 jiwa yang berada di pos pengungsian yang tersebar sekitar 30 titik disamping ada yang berada ditempat saudara mereka.
Pengamatan dan pantauan kondisi kawah Timbang dilakukan selama 24 jam, yang dilakukan oleh para Relawan/Tim SAR gabungan yang terdiri dari berbagai unsur.
Gunung prau merupakan salah satu gunung yang berada di jawa tengah yang menyimpan banyak legenda dan sumberdaya alam yang sangat banyak,disamping itu panoramanya yang sungguh indah yang berada di sekitar gunung tersebut
Sabtu, 04 Juni 2011
Sabtu, 04 Juni 2011 Kondisi Kawah Timbang Banjarnegara Jawa Tengah
Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten/kota di Jawa Tengah yang memiliki sebagian wilayahnya pegunungan, seperti pegunungan Dieng. Wilayah Dieng memang menyimpan potensi alam yg eksotik, pemandangan alam, hasil pertanian, wisata.
Wilayah Dieng yg sebagian masuk wilayah kabupaten Banjarnegara, beberapa hari ini menjadi sorotan publik akibat aktivitas kawah Timbang. Kawah tsb berada diwilayah ds Simbar, kecamatan Simbar dan berada 2000 di atas permukaan laut (dpl). Pengamatan dari Pusat Vulkanologi Badan Geologi dan Mitigasi Bencana (PVBGMB) mengatakan beberapa hari terakhir mengalami perubahan yang signifikan terutama gas beracunnya yaitu CO2, sehingga memutuskan radius aman 1 Km dari kawah. Kawah ini pernah mengalami erupsi pada tahun 1928 yang menelan korban jiwa 40 orang, terulang lagi tahun 1939 dengan korban jiwa 10 orang.
Untuk menjaga hal2 yang tak diharapkan, beberapa instansi terkait seperti BNPB, BPBD, TNI, Polri, Dinkes, Tim SAR/Relawan dan masih banyak lagi organisasi yang terlibat untuk penanganan bencana kawah Timbang. Beberapa warga telah diungsikan di balai desa Batur, SMU Negeri Batur, SMP Negeri Batur dan beberapa warga masih tersebar di beberapa tempat yang dianggap aman.
Kondisi saat ini, Sabtu 4 Juni 2011 status kawah masih SIAGA LEVEL 3 dengan konsentrasi gas CO2 mencapai 1.18, ini mengalami penurunan dibanding sehari sebelumnya yang mencapai 1.68. Meski demikian, kondisi tersebut selalu mengalami perubahan tiap saat bisa turun ataupun naik. Hal ini yang harus diwaspadai oleh semua pihak. Data pengungsi tercatat 889 jiwa yang berada di pos pengungsian yang tersebar sekitar 30 titik disamping ada yang berada ditempat saudara mereka.
Pengamatan dan pantauan kondisi kawah Timbang dilakukan selama 24 jam, yang dilakukan oleh para Relawan/Tim SAR gabungan yang terdiri dari berbagai unsur.
Wilayah Dieng yg sebagian masuk wilayah kabupaten Banjarnegara, beberapa hari ini menjadi sorotan publik akibat aktivitas kawah Timbang. Kawah tsb berada diwilayah ds Simbar, kecamatan Simbar dan berada 2000 di atas permukaan laut (dpl). Pengamatan dari Pusat Vulkanologi Badan Geologi dan Mitigasi Bencana (PVBGMB) mengatakan beberapa hari terakhir mengalami perubahan yang signifikan terutama gas beracunnya yaitu CO2, sehingga memutuskan radius aman 1 Km dari kawah. Kawah ini pernah mengalami erupsi pada tahun 1928 yang menelan korban jiwa 40 orang, terulang lagi tahun 1939 dengan korban jiwa 10 orang.
Untuk menjaga hal2 yang tak diharapkan, beberapa instansi terkait seperti BNPB, BPBD, TNI, Polri, Dinkes, Tim SAR/Relawan dan masih banyak lagi organisasi yang terlibat untuk penanganan bencana kawah Timbang. Beberapa warga telah diungsikan di balai desa Batur, SMU Negeri Batur, SMP Negeri Batur dan beberapa warga masih tersebar di beberapa tempat yang dianggap aman.
Kondisi saat ini, Sabtu 4 Juni 2011 status kawah masih SIAGA LEVEL 3 dengan konsentrasi gas CO2 mencapai 1.18, ini mengalami penurunan dibanding sehari sebelumnya yang mencapai 1.68. Meski demikian, kondisi tersebut selalu mengalami perubahan tiap saat bisa turun ataupun naik. Hal ini yang harus diwaspadai oleh semua pihak. Data pengungsi tercatat 889 jiwa yang berada di pos pengungsian yang tersebar sekitar 30 titik disamping ada yang berada ditempat saudara mereka.
Pengamatan dan pantauan kondisi kawah Timbang dilakukan selama 24 jam, yang dilakukan oleh para Relawan/Tim SAR gabungan yang terdiri dari berbagai unsur.
Rekahan Dieng Memang Patut Diwaspadai
Bandung, CyberNews. Rekahan di sekitar area Kawah Timbang, Gunung Dieng memang harus diwaspadai. Dari celah-celah ini, gas beracun yang ditakutkan itu mengembus keluar.
Menurut peneliti gunung api PVMBG, Igan S Sutawidjaya, rekahan di sekitar kawah terjadi karena merupakan bidang lemah, tapi bisa pula karena ikut terpengaruh goncangan gempa tektonik yang relatif mengentak.
"Kalau gempa vulkanik relatif kecil pengaruhnya, di bawah 2 SR, tidak dirasakan. Kalau tektonik, bisa berpotensi memunculkan rekahan baru," tandasnya di Bandung, Jumat (3/6).
Bagaimana dengan kawah-kawah di dataran tinggi Dieng, terutama Timbang? Igan menyebutkan pemetaan terhadap rekahan terutama dalam kaitan mitigasi kebencanaan sudah dilakukan.
Hanya saja, apakah ada rekahan baru yang muncul di arena sekitar kawah belum bisa dipastikan. Untuk itu, situasi ini perlu diantisipasi.
Dia meminta masyarakat mematuhi rekomendasi yang dikeluarkan Tim Tanggap Darurat Gunung Dieng PVMBG. Terlebih, kadar gas beracun terutama karbondioksida (CO2) sudah melebihi ambang batas.
Diingatkan Igan, dengan sifat gas tidak berbau dan tampak, resikonya fatal ketika terhirup manusia. Terlebih gas itu keluar melalui rekahan yang dikhawatirkan tidak disadari oleh masyarakat yang berkegiatan di sekitar kawah.
"Karena bisa saja tiba-tiba, begitu menghirup langsung ambruk," tandasnya.
Tidak hanya merujuk Peristiwa Sinila, dia menyebut bahwa korban tewas karena paparan gas beracun pernah pula terjadi Gunung Salak. Kawah Jurig dan Siluman di Tangkuban Perahu, yang terkesan seram itu pun disebutnya sebagai gambaran betapa bahayanya sengatan gas beracun itu.
Igan tak menampik bahwa kadar gas yang dikeluarkan dari perut Dieng bakal "terbakar" begitu terpapar sinar matahari. Hanya saja, dia mempertanyakan kondisi cuaca di kawasan itu. Apakah akan cerah terus?
Dalam situasi kebanyakan mendung, imbuhnya, berat jenis gas itu bakal lebih berat dibanding udara. Kondisi itu membuat laju konsentrasi gas bisa menuruni alur lembah dengan mengikuti kabut yang membungkus kawah dan wilayah sekitar.
Terperangkap di dalamnya jelas bisa menjadi malapetaka. Dalam kaitan ini, masyarakat kembali diingatkan akan bahaya dari aktivitas gunung api yang berpotensi mematikan.
Atas kondisi siaga Dieng, Igan menyebut adanya tren kenaikan kegiatan vukanik sebagai akibat kumpulan gas yang telah terperangkap lama di bawah kawah Timbang. Karena tekanannya semakin besar dan tak tertahan, gas dari dalam perut bumi itu kemudian mencari ruang keluar ke permukaan.
Alirannya dapat mencari bidang yang lemah, atau menyelusup lewat rekahan baru. Begitu keluar, hembusannya sekali lagi membawa potensi bahaya tak ringan. Kesadaran Masyarakat Meski bahaya, seperti dalam kasus letusan gunung api, respon masyarakat sekitar titik bahaya tak selamanya langsung menanggapi seperti di Kelud hingga Merapi, dan kali ini di Dieng.
Warga sontak tak langsung menuju pos-pos penampungan. Mereka tentu punya alasan tersendiri. Salah satunya, harta benda yang khawatir menjadi korban terlalu dini dari rangkaian proses mitigasi itu. Keyakinan pengetahuan akan kebiasaan bergaul dengan gunung tersebut juga kadang menjadi keyakinan mereka.
Ketika ini terjadi, bahaya betapa pun dijelaskan dengan gamblang terkesan tak lagi menjadi fokus utama. Tak kurang Kepala PVMBG Dr Surono membujuk dalam berbagai kesempatan. Bahwa proses itu tak lebih keseimbangan, sebuah timbal balik.
Dikatakan, alam meminta sedikit setelah sekian lama memberi, caranya dengan mengikuti "kemauan" sang gunung api untuk sementara waktu. Maksudnya, mungkin menjauhi sang gunung api, yang pasti dirindukan dan tak perlu membencinya karena akibat yang ditimbulkannya. Semuanya pasti kembali, mungkin dengan mendapat "imbalan" yang lebih besar di kemudian hari.
Tak mudah memang, tapi diharapkan sejumlah kasus letusan gunung api itu bisa membuat kita tersadar. Larut dalam proses yang tak perlu dipaksa-paksa. Tapi persoalannya, kita semua tampaknya perlu membuat kesepakatan baru dalam upaya penanganan bencana, termasuk tahapan tanggap darurat saat diaplikasikan kepada masyarakat. Apa bentuknya, generasi mendatang mungkin akan menjadi jawabannya.
Menurut peneliti gunung api PVMBG, Igan S Sutawidjaya, rekahan di sekitar kawah terjadi karena merupakan bidang lemah, tapi bisa pula karena ikut terpengaruh goncangan gempa tektonik yang relatif mengentak.
"Kalau gempa vulkanik relatif kecil pengaruhnya, di bawah 2 SR, tidak dirasakan. Kalau tektonik, bisa berpotensi memunculkan rekahan baru," tandasnya di Bandung, Jumat (3/6).
Bagaimana dengan kawah-kawah di dataran tinggi Dieng, terutama Timbang? Igan menyebutkan pemetaan terhadap rekahan terutama dalam kaitan mitigasi kebencanaan sudah dilakukan.
Hanya saja, apakah ada rekahan baru yang muncul di arena sekitar kawah belum bisa dipastikan. Untuk itu, situasi ini perlu diantisipasi.
Dia meminta masyarakat mematuhi rekomendasi yang dikeluarkan Tim Tanggap Darurat Gunung Dieng PVMBG. Terlebih, kadar gas beracun terutama karbondioksida (CO2) sudah melebihi ambang batas.
Diingatkan Igan, dengan sifat gas tidak berbau dan tampak, resikonya fatal ketika terhirup manusia. Terlebih gas itu keluar melalui rekahan yang dikhawatirkan tidak disadari oleh masyarakat yang berkegiatan di sekitar kawah.
"Karena bisa saja tiba-tiba, begitu menghirup langsung ambruk," tandasnya.
Tidak hanya merujuk Peristiwa Sinila, dia menyebut bahwa korban tewas karena paparan gas beracun pernah pula terjadi Gunung Salak. Kawah Jurig dan Siluman di Tangkuban Perahu, yang terkesan seram itu pun disebutnya sebagai gambaran betapa bahayanya sengatan gas beracun itu.
Igan tak menampik bahwa kadar gas yang dikeluarkan dari perut Dieng bakal "terbakar" begitu terpapar sinar matahari. Hanya saja, dia mempertanyakan kondisi cuaca di kawasan itu. Apakah akan cerah terus?
Dalam situasi kebanyakan mendung, imbuhnya, berat jenis gas itu bakal lebih berat dibanding udara. Kondisi itu membuat laju konsentrasi gas bisa menuruni alur lembah dengan mengikuti kabut yang membungkus kawah dan wilayah sekitar.
Terperangkap di dalamnya jelas bisa menjadi malapetaka. Dalam kaitan ini, masyarakat kembali diingatkan akan bahaya dari aktivitas gunung api yang berpotensi mematikan.
Atas kondisi siaga Dieng, Igan menyebut adanya tren kenaikan kegiatan vukanik sebagai akibat kumpulan gas yang telah terperangkap lama di bawah kawah Timbang. Karena tekanannya semakin besar dan tak tertahan, gas dari dalam perut bumi itu kemudian mencari ruang keluar ke permukaan.
Alirannya dapat mencari bidang yang lemah, atau menyelusup lewat rekahan baru. Begitu keluar, hembusannya sekali lagi membawa potensi bahaya tak ringan. Kesadaran Masyarakat Meski bahaya, seperti dalam kasus letusan gunung api, respon masyarakat sekitar titik bahaya tak selamanya langsung menanggapi seperti di Kelud hingga Merapi, dan kali ini di Dieng.
Warga sontak tak langsung menuju pos-pos penampungan. Mereka tentu punya alasan tersendiri. Salah satunya, harta benda yang khawatir menjadi korban terlalu dini dari rangkaian proses mitigasi itu. Keyakinan pengetahuan akan kebiasaan bergaul dengan gunung tersebut juga kadang menjadi keyakinan mereka.
Ketika ini terjadi, bahaya betapa pun dijelaskan dengan gamblang terkesan tak lagi menjadi fokus utama. Tak kurang Kepala PVMBG Dr Surono membujuk dalam berbagai kesempatan. Bahwa proses itu tak lebih keseimbangan, sebuah timbal balik.
Dikatakan, alam meminta sedikit setelah sekian lama memberi, caranya dengan mengikuti "kemauan" sang gunung api untuk sementara waktu. Maksudnya, mungkin menjauhi sang gunung api, yang pasti dirindukan dan tak perlu membencinya karena akibat yang ditimbulkannya. Semuanya pasti kembali, mungkin dengan mendapat "imbalan" yang lebih besar di kemudian hari.
Tak mudah memang, tapi diharapkan sejumlah kasus letusan gunung api itu bisa membuat kita tersadar. Larut dalam proses yang tak perlu dipaksa-paksa. Tapi persoalannya, kita semua tampaknya perlu membuat kesepakatan baru dalam upaya penanganan bencana, termasuk tahapan tanggap darurat saat diaplikasikan kepada masyarakat. Apa bentuknya, generasi mendatang mungkin akan menjadi jawabannya.
Kawah Timbang Terus Keluarkan Gas Beracun
Liputan6.com, Banjarnegara: Hingga Kamis (2/6), aktivitas vulkanik Kawah Timbang di Pegunungan Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, masih meningkat. Peningakatan itu ditandai dengan sering terjadinya semburan gas dari dalam kawah.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menghimbau warga, agar lebih waspada. Terlebih, semburan gas itu tidak hanya berasal dari dalam kawah, namun juga dari rekahan tanah akibat goncangan gempa beberapa waktu lalu.
Pos pengamatan Gunung Dieng di Kabupaten Banjarnegara pun semakin mengintensifkan pengamatan. Menurut Kepala PVMBG Surono yang memantau langsung pengamatan, aktifitas vulkanik Kawah Timbang di kawasan Dieng semakin meningkat hingga puluhan kali lipat. Semburan gas karbondioksida di tempat itu juga bertambah hingga 1,6 persen dibandingkan sebelumnya yang 0,1 persen.
Dari pengamatan visual, kawasan Kawah Timbang terus mengepulkan asap putih dan cenderung semakin tebal. Gas beracun itu tak terlihat mata dan tidak berbau. Hingga kini, Kawah Timbang masih berstatus waspada.
Surono pun menghimbau warga yang tinggal di radius kurang dari satu kilometer, agar segera mengungsi ke tempat yang lebih aman.(APY/SHA)
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menghimbau warga, agar lebih waspada. Terlebih, semburan gas itu tidak hanya berasal dari dalam kawah, namun juga dari rekahan tanah akibat goncangan gempa beberapa waktu lalu.
Pos pengamatan Gunung Dieng di Kabupaten Banjarnegara pun semakin mengintensifkan pengamatan. Menurut Kepala PVMBG Surono yang memantau langsung pengamatan, aktifitas vulkanik Kawah Timbang di kawasan Dieng semakin meningkat hingga puluhan kali lipat. Semburan gas karbondioksida di tempat itu juga bertambah hingga 1,6 persen dibandingkan sebelumnya yang 0,1 persen.
Dari pengamatan visual, kawasan Kawah Timbang terus mengepulkan asap putih dan cenderung semakin tebal. Gas beracun itu tak terlihat mata dan tidak berbau. Hingga kini, Kawah Timbang masih berstatus waspada.
Surono pun menghimbau warga yang tinggal di radius kurang dari satu kilometer, agar segera mengungsi ke tempat yang lebih aman.(APY/SHA)
Langganan:
Postingan (Atom)